Monday, June 6, 2016

TEMAN BARU




            Aur kuning begitu ramai dengan lalu lalang kehidupan manusia yang menjalani aktivitasnya di pasar terbesar di kota Bukittinggi. Di sinilah semua cerita bermula, tempat dimana pemberhentian seluruh masyarakat dari desa menuju kota Bukittinggi untuk aktivitas perdagangan maupun aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
            Perjalanan terus aku tempuh menuju angkutan umum yang akan membawaku ke tempat sekolah baru yang aku jalani. Mobil Tigo baleh, itulah orang menyebut mobil ini. Mobil yang akan membawa seluruh santri baru menuju tempat test di Pesantren yang akan mereka tempuh.
            Mobil terus berjalan membawa aku dan bundaku mengelilingi kota Bukittinggi, kota yang berada di atas bukit dengan udara yang sejuk. Aku tak pernah menyangka akan menjalani kehidupan di kota Wisata ini. Tak henti-hentinya mata ini terus memandang keseluruhan keindahan kota yang telah terkenal sejak zaman dahulu kala. Sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang hingga kemerdekaan Indonesia dengan panorama Jam Gadang yang telah menjadi bukti sejarah berdirinya kota ini.
            Mobilpun berhenti di tempat lampu merah, tepat di depan hotel. Mungkin saja mobil ini akan menaiki penumpang, begitu pikiranku. Tapi tebakanku memang benar. Naiklah dua orang penumpang, seorang bapak dengan membawa anaknya yang gendut, mungkin lebih gendut dari pada diriku. Anak kecil tersebut tersenyum sementara kepadaku sementara, aku membalasnya dengan senyuman terindah yang aku miliki, namun wajahnya spontan berubah karena senyumanku dan pandanganku yang terus menuju ke tempat duduk anak yang gendut tersebut.
            Kami mulai berkenalan, hingga semakin dekat, sampai dia menyebutkan nama panggilannya. “hai namo aku jupan” begitu dia menyebutkan nama pendeknya. Namanya memang sedikit susah untuk dihafal maupun dimengerti, maklum saja nama tersebut baru pertama kali aku temukan dalam kamus kehidupanku.

            Pertemanan kami semakin lama semakin dekat. Hingga waktu memisahkan kami. Namun namanya yang sulit untuk dihafal membuatku jarang sekali memanggil namanya. malangnya aku tak mengetahi lagi namanya. Namun walaupun aku tak mengetahui namanya, dia adalah teman pertamaku yang aku kenal. Mungkin teman terbaikku di Sekolah yang akan aku tempuh. Itulah cerita teman baruku.

0 comments:

Post a Comment