Inilah hari ketika kebahagian itu menjadi kenyataan. Ketika semua
orang mulai mencari sekolah untuk melanjutkan ilmu yang telah mereka dapatkan
di bangku sekolah dasar. Namun aku telah mendapatkannya di bangku pesantren.
Pesan yang dulu nenek sampaikan telah menjadi kenyataan. Yang menjadi dasar
ketika kedua orang tuaku akan merelakanku untuk menlangkah sendiri di pesantren
Minggu
demi minggu aku jalani. Bahkan aku meringkasnya dalam diariku.
Hari ke 1
“rahmat selamat kamu lulus di
pesantren. Ayo salam dulu sama mama, sama pakwo jangan lupa ya. nanti mama
pesankan kamu sama ibu bahwa kamu lulus pesantren” begitu kata mama ketika
menerima kabar kelulusanku dari pondok pesantren.
Aku menyambutnya dengan rasa
bahagia. Tak pernah terpikirkan olehku bagaimana kehidupanku nanti di pesantren
tersebut. Yang penting aku hanya bisa bersukur di tempatkan di sekolah yang
luar biasa ini.
Hari ke 2
Hari ini adalah hari pendaftaran
ulang. Banyak sekali teman-temanku yang telah lulus dengan wajah berseri-seri
menjalani akan kelulusannya memasuki pesantren. Namaku sudah tercantum tepat di
papan pengumuman. Besok adalah hari ketika ibu aku akan menghantarkanku ke
pondok pesantren. Bahagia akan bertambah ketika kerinduan yang terpendam akan
terlepaskan esok harinnya.
Oh ya sebelumnya masuk kehari
berikutnya akau akan menceritakan siapa mamaku, ibuku. Mamaku dan ibuku adalah
dua orang yang berkakak adik, mamaku adalah yang paling tua dan aku tinggal
dengan mamaku selama di sekolah dasar. Sedangkan ibuku adalah orang tua kandungku.
Hari
ke 3
Hari ketika ibuku akan menghantarkan
ke pondok pesantren. Aku baru sadar bahwa biaya semuanya adalah 3jt. Uang yang
lumayan untuk dikeluarkan. tapi ada ang berbeda ketika uang itu diberikan. Aku
melihat wajah ibu yang menangis. Aku tak tau sedih apa itu namanya tapi aku
baru sadar bahwa sedih itu adalah sebuah kesedihan rindu ketika ingin
melepaskanku. Kesedihan itu berlalu begitu saja di benakku. Karna ibu menyimpan
kesedihan itu di depanku.
Hari
ke 4
Ketika kami semua santri baru akan
memasuki asrama yang baru. Semua santri mulai dari yang alim sampai yang preman
terlihat satu persatu-satu. Tapi kebanyakan dari mereka telah sibuk untuk
merapikan segala kebutuhan yang akan digunakan di asrama tempat tinggal mereka.
Hari ini aku bertemu lagi dengan teman pertama ku. Tapi aku lupa dengan nama
pendeknya, sehingga aku mencoba kembali menanyakan namanya.
Asrama kami penuh dengan segala yang
baru. Mulai dari kasur, bed cover, lemari, tas, buku dan segalanya serba baru.
Termasuk barang-barangku dan teman-temanku semuanya serba baru. Hingga hari
terus berganti menjadi sore. Hanya aku saja yang tinggal sendiri di asrama ini
dengan teman yang tidak aku ketahui namanya satu persatu.
Hari
ke 5
Hari ini aku mulai meresakan betapa
sedihnya hidup sendiri. Banyak dari teman-temanku yang mulai menangis satu
persatu ditinggalkan oleh orangtuan mereka yang sibuk ditempat mereka. aku
melihat temanku yang menangis dengan rasa penyesalan yang telah ditinggalkan
oleh orangtua mereka.
Hari ini adalh hari terakhir
detemani oelh ibu dipesatren. Apakah aku akan menangis untuk hari berikutnya
aku tak tau. Yang hanya kau ketahui bahwa aku adalah seorang santri baru.
Hari
ke 6
Anak kurus itu belum berhenti
menangis, aku sudah dua hari ini menangis dan ditemani oleh orangtuanya. Silih
berganti kedua orangtuanya menemaninya di pondok pesantren. Aku hanya bisa
bergabung dengan teman yang menangis tanpa suara meratapi hari yang akan kami
jalani. Walaupun dalam kesedihanku ada kebahagian yang ku dapatkan, yaitu mendapatkan
teman baru yang sama-sama cengeng.
Hari
ke 7
Hari ini ibuku akan pergi ke
bengkulu, sedangkan aku akan ditinggalkan di pondik pesantren dengan berjuta
cerita yang akan terlukis dalam pekiranku. Aku hanya bisa menyadari bahwa
kehidupanku akan kujalani sendiri tanpa ada yang menyayangi dengan sepebuh
hati.
Itulah cerita minggu pertama yang
aku jalani di pesantren. Kesedihan terus berlanjut. Hingga pada suatu hari aku
mengerti mengapa laki-laki itu tidak boleh menangis.







0 comments:
Post a Comment